Stoikiometri
a. Tahap awal stoikiometri
Di awal kimia, aspek kuantitatif
perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak mendapat banyak
perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan
tidak menghasilkan hasil yang benar.
Salah satu contoh melibatkan teori
flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena pembakaran dengan
istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis, pembakaran adalah
pelepasan zat dapat etrbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian
disebut ”flogiston”. Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran
sebagai pelepasan flogiston dari zat terbakar.
Di akhir abad 18, kimiawan Jerman
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan konsep ekuivalen (dalam istilah
kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam/basa, yakni
hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Ekuivalen
Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah
tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan
hubungan antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk mentralkannya.
Pengetahuan yang tepat tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan
sabun dan serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting
secara praktis.
b. Massa atom relatif dan massa atom
Dalton mengenali bahwa penting untuk
menentukan massa setiap atom karena massanya bervariasi untuk setiap jenis
atom. Atom sangat kecil sehingga tidak mungkin menentukan massa satu atom. Maka
ia memfokuskan pada nilai relatif massa dan membuat tabel massa atom (gambar
1.3) untuk pertamakalinya dalam sejarah manusia. Dalam tabelnya, massa unsur
teringan, hidrogen ditetapkannya satu sebagai standar (H = 1). Massa atom
adalah nilai relatif, artinya suatu rasio tanpa dimensi. Walaupun beberapa
massa atomnya berbeda dengan nilai modern, sebagian besar nilai-nilai yang
diusulkannya dalam rentang kecocokan dengan nilai saat ini. Hal ini menunjukkan
bahwa ide dan percobaannya benar.
Kemudian kimiawan Swedia Jons Jakob
Baron Berzelius (1779-1848) menentukan massa atom dengan oksigen sebagai
standar (O = 100). Karena Berzelius mendapatkan nilai ini berdasarkan analisis
oksida, ia mempunyai alasan yang jelas untuk memilih oksigen sebagai standar.
Namun, standar hidrogen jelas lebih unggul dalam hal kesederhanaannya. Kini,
setelah banyak diskusi dan modifikasi, standar karbon digunakan. Dalam metoda
ini, massa karbon 12C dengan 6 proton dan 6 neutron didefinisikan
sebagai 12,0000. Massa atom dari suatu atom adalah massa relatif pada standar
ini. Walaupun karbon telah dinyatakan sebagai standar, sebenarnya cara ini dapat
dianggap sebagai standar hidrogen yang dimodifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar