Dasar-dasar teori kuantum klasik
2.3
Dasar-dasar teori kuantum klasik
a. Spektrum atom
Bila logam atau senyawanya
dipanaskan di pembakar, warna khas logam akan muncul. Ini yang dikenal dengan
reaksi nyala. Bila
warna ini dipisahkan dengan prisma,
beberapa garis spektra akan muncul, dan panjang gelombang setiap garis khas
untuk logamyang digunakan. Pemisahan cahaya yang dihasilkan dengan prisma akan
menghasilkan garisspektra garis diskontinyu. Karena panjang gelombang cahaya
khas bagi atom, spektrum ini disebut dengan spektrum atom.
Fisikawan Swiss Johann Jakob Balmer
(1825-1898) memisahkancahaya yang diemisikan oleh hidrogen bertekanan rendah.
Ia mengenali bahwa panjang gelombang λ deretan garis spektra ini dapat dengan
akurat diungkapkan dalam persamaan sederhana (1885). Fisikawan Swedia Johannes
Robert Rydberg (1854-1919) menemukan bahwa bilangan gelombang σ garis spektra
dapat diungkapkan dengan persamaan berikut (1889).
σ = 1/ λ = R{ (1/ni2
) -(1/nj2 ) }cm-1 …
Jumlah gelombang dalam satuan
panjang (misalnya, per 1 cm)
b. Teori Bohr
Di akhir abad 19, fisikawan
mengalami kesukaran dalam memahami hubungan antara panjang gelombang radiasi
dari benda yang dipanaskan dan intesitasnya. Terdapat perbedaan yang besar
antara prediksi berdasarkan teori elektromagnetisme dan hasil percobaan.
Berdasarkan hipotesisnya, sistem
fisik tidak dapat memiliki energi sembarang tetapi hanya diizinkan pada
nilai-nilai tertentu. Dengan radiasi termal, yakni radiasi energi gelombang
elektromagnetik dari zat, gelombang elektromagnetik dengan frekuensi ν dari
permukaan padatan akan dihasilkan dari suatu osilator yang berosilasi di
permukaan padatan pada frekuensi tersebut. Berdasarkan hipotesis Planck, energi
osilator ini hanya dapat memiliki nilai diskontinyu sebagaimana diungkapkan
dalam persamaan berikut.
ε=nhν(n
= 1, 2, 3,….) … (2.2)
n adalah bilangan bulat positif dan
h adalah tetapan, 6,626 x 10-34 J s, yang disebut dengan tetapan
Planck.
Teori Bohr
- Elektron dalam atom diizinkan pada keadaan stasioner tertentu. Setiap keadaan stasioner berkaitan dengan energi tertentu.
- Tidak ada energi yang dipancarkan bila elektron berada dalam keadaan stasioner ini. Bila elektron berpindah dari keadaan stasioner berenergi tinggi ke keadaan stasioner berenergi lebih rendah, akan terjadi pemancaran energi. Jumlah energinya, h ν, sama dengan perbedaan energi antara kedua keadaan stasioner tersebut.
- Dalam keadaan stasioner manapun, elektron bergerak dalam orbit sirkular sekitar inti.
- Elektron diizinkan bergerak dengan suatu momentum sudut yang merupakan kelipatan bilangan bulat h/2π, yakni
mvr
= n(h/2π), n = 1, 2, 3,. … (2.3)
Energi elektron yang dimiliki atom
hidrogen dapat dihitung dengan menggunakan hipotesis ini. Di mekanika klasik,
gaya elektrostatik yang bekerja pada elektron dan gaya sentrifugal yang di
asilkan akan saling menyetimbangkan. Jadi,
e2/4πε0r2
= mv2/r … (2.4)
Dalam persamaan 2.3 dan 2.4, e, m
dan v adalah muatan, massa dan kecepatan elektron, r adalah jarak antara
elektron dan inti, dan ε0 adalah tetapan dielektrik vakum, 8,8542 x
10-2 C2 N-1 m2.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/struktur_atom1/dasar-dasar-teori-kuantum-klasik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar